Kondisi Industri Otomotif Thailand dan Permintaan Ford kepada Pemerintah
Bangkok, Thailand – Industri otomotif Thailand saat ini tengah menghadapi berbagai dinamika, mulai dari tantangan global hingga perubahan tren pasar domestik. Di tengah situasi ini, Ford Motor Company menyampaikan sejumlah permintaan penting kepada Pemerintah Thailand untuk memastikan keberlanjutan dan daya saing sektor ini di masa depan. Diskusi mengenai kondisi industri otomotif dan harapan Ford ini mengemuka dalam sebuah seminar daring yang diadakan pada hari Rabu, 7 Mei 2025, yang dihadiri oleh perwakilan pemerintah, pelaku industri, dan analis ekonomi.
Dalam presentasinya, Direktur Strategi Ford Asia Tenggara, Mrs. Isabella Tan, memaparkan sejumlah faktor yang mempengaruhi industri otomotif Thailand. Ia menyoroti perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada permintaan ekspor, serta transisi menuju kendaraan listrik yang memerlukan investasi besar dalam infrastruktur dan teknologi baru. “Thailand memiliki potensi besar untuk tetap menjadi pemain kunci dalam rantai pasok otomotif global, namun diperlukan dukungan kebijakan yang tepat untuk menghadapi tantangan ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mrs. Tan menyampaikan tiga poin utama permintaan Ford kepada pemerintah. Pertama, Ford meminta adanya insentif yang lebih jelas dan berkelanjutan untuk mendorong adopsi kendaraan listrik di kalangan konsumen dan produsen. Hal ini termasuk subsidi pembelian, keringanan pajak, serta pembangunan stasiun pengisian daya yang memadai di seluruh negeri. “Kami percaya bahwa transisi ke kendaraan listrik adalah keniscayaan, dan pemerintah memiliki peran krusial dalam mempercepat proses ini,” tambahnya.
Kedua, Ford menekankan pentingnya investasi dalam pengembangan sumber daya manusia yang terampil di sektor otomotif. Program pelatihan vokasi dan pendidikan tinggi perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi otomotif terkini, termasuk keahlian dalam produksi dan pemeliharaan kendaraan listrik serta teknologi otonom. Menurut data dari Badan Pengembangan Keahlian Thailand (BDKT) per Maret 2025, terdapat peningkatan permintaan akan tenaga kerja dengan keahlian khusus di bidang kendaraan listrik sebesar 15% dalam setahun terakhir.
Ketiga, Ford meminta pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi produsen otomotif. Hal ini mencakup kepastian regulasi, kemudahan perizinan, serta dukungan untuk riset dan pengembangan teknologi baru. “Kami berkomitmen untuk terus berinvestasi di Thailand, namun kepastian dan dukungan dari pemerintah sangat penting untuk pengambilan keputusan jangka panjang kami,” tegas Mrs. Tan dalam sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Dr. Somchai Pinitpon, seorang pakar ekonomi dari Universitas Chulalongkorn.
Menanggapi permintaan tersebut, seorang pejabat dari Kementerian Keuangan Thailand, Bapak Budi Santoso, menyatakan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan berbagai opsi kebijakan untuk mendukung industri otomotif di era transisi ini. “Kami memahami tantangan yang dihadapi industri dan akan berupaya merumuskan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan masukan dari seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya dalam konferensi pers setelah seminar berakhir di Hotel Mandarin Oriental, Bangkok.
Kondisi industri otomotif Thailand yang dinamis menuntut adanya kolaborasi yang erat antara pemerintah dan pelaku industri. Permintaan Ford mencerminkan harapan banyak perusahaan otomotif lainnya agar pemerintah dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk memastikan daya saing dan keberlanjutan sektor ini di tengah perubahan global.